Hari Jumat itu, tanggal 19 Feb 2010, mungkin hari yang ga akan pernah aku lupakan hingga akhir hayatku. Pagi itu, aku lagi dikamar mama, dan mama juga ada dikamar. Encek ( Panggilan ayah untuk orang sambas ), baru habis mandi dan akan keluar karena ada telpon dari temannya yang minta dijemput di terminal bis. Sebelum dia berangkat, di ingin makan, tapi kami pada saat itu memang lagi dalam kesulitan ekonomi. Akhirnya encek pun turun tanpa mengisi perutnya. Dan mama juga lagi sakit, butuh uang, tapi jika ke RS Bhayangkara tidak perlu biaya, karena ada ikatan dinas. Dan aku juga berusaha minjam motor untuk membawa mama, tapi siang itu sekitar jam 14.00, tiba-tiba datang tetangga yang suaminya juga seorang polisi. " Bu...sabar ya...Pak Torman tabrakan..".....Bagaikan langit runtuh dari langit aku mendengarnya..tapi si mama tetap kelihatan tegar dan sabar alias tidak panik.
Kami langsung bergegas pergi ke Rs, tapi ternyata belum ada juga ada kabar akan dibawa ke RS yang mana, dan akhirnya dibawa ke RS Sudarso. Pada saat mobil ambulance datang...Perawat turun dan menurunkan...Ayahku sudah terbaring tidak sadarkan diri...banyak muntahan dibajunya, tidak ada luka luar yang serius, tapi lebam dibelakang lehernya. Lalu langsung dibawa ke ruangan IGD.
Encek hanya bisa terbaring dan tidak bisa membuka matanya. Tangannya bergerak terus ingin membuka selang yang ada dihidungnya. Aku terus pegang tangannya. " YA Allah...kuatkanlah aku.."
Hingga akhirnya dibawa keruangan ICCu setelah hasil pemeriksaan dokter bahwa ada luka dalam.
Aku ga bisa tidur. Perut pun ga terasa lapar. Bingung harus mencari dana untuk beli obat. Tapi Allah maha tahu, dia kirimkan hamba Allah ( tidak akan disebutkan namanya ) datang membantu. Terima kasih ya Allah.
Pada saat subuh, mama mau pulang dulu kerumah mandi dan ambil baju, sekalian juga lihat adik yang ada dirumah. Kasihan mereka tidak sempat melihat untuk terakhir kalinya.
Jam 09.00 pagi, perawat dari ruangan ICCu keluar memanggil.." Yang keluarganya pak Torman mana..tolong silahkan kedalam, karena bapak dalam keadaan kritis..."....Air mata ini belum bisa keluar, karena aku masih yakin encek masih bisa diselamatkan. Dari dalam..bunyi alat detak jantung membuat hatiku runtuh. Pelan-pelan angka itu terus turun hingga bunyi panjang dari alat itu menandakan tidak bisa lagi diselamatkan...
Air mata ini sudah tak mampu aku tahankan lagi...aku ga sanggup..belum siap...aku belum sempat meminta maaf atas semua kesalahanku....aku.....( Ga sanggup menulis lagi ).....
Thanks kepada keluarga besar untuk jajaran Polda Kalbar, khususnya Kapolda Brigjend Erwin Tobing, Pak Nasution dan lain2 yang ga bsa aku sebutkan satu per satu.
No comments:
Post a Comment
Thanks for visit